Selasa, 22 November 2011

dakwah interpersonal via internet friendsip

DAKWAH INTERPERSONAL VIA INTERNET FRIENDSHIP              
Oleh:
IFTITAH


             Era globlasisasi sekarang ini, perkembangan tekhnologi semakin terus meroket. Seiring dengan penemuan-penemuan yang berangkat dari imajinasi yang kreatif  dan daya piker yang koperatif, dapat dipastikan inovasi dalam bidang tehnologi tidak akan berhenti. Perkembangan tekhnologi akan selalu bergerak mengiringi laju zaman yang semakin dinamis. Dalam realitanya kini tekhnologi komunikasi dan informasi juga mengalami kemajuan pesat. Jika dahulu menyampaikan pesan harus melalui kurir, lalu surat pos, kini dalam sekejap bisa sampai ke alamat tujuan dengan email. Komunikasi dan penyebaran informasi pun bisa dilakukan dengan jenis media internet yang sudah dapat diakses oleh siapapun dan kapanpun.
            Dengan semakin berkembangnya tekhnologi komunikasi dan informasi, aktivitas dakwah pun semakin dimudahkan. Kini, untuk mendengarkan pengajian tak melulu harus berhadapan muka dengan ulama. Melalui akses internet, masyarakat bisa mendapatkan bahan bacaan keagamaan sesuai dengan kebutuhan. Bermacam peranti lunak bernuansa agama bisa didapat dengan mengunduh dan membuka situs terkait. Dengan mengakses internet, Alquran, hadit, dan bukus sejarah Nabi, dan berbagai buku keagamaan yang diformat digital dapat diperoleh dengan mudah. Berjangkauan Luas Berbagai organisasi Islam pun telah menyadari betapa penting memiliki website untuk berdakwah dan mengenalkan organisasi ke khalayak. Lewat internet, penyebaran dakwah berjangkauan luas, tak terbatasi ruang dan waktu.
Ternyata julukan umat dakwah yang menghinggapi komunitas ummat Islam juga merupakan bukti kuat betapa telah mengakarnya aktifitas dakwah dalam doktrim Islam. Status hukum berdakwah bagi orang Islam itu sendiri merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Akan tetapi setiap muslim hanya bertanggung jawab dalam hal dakwah sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya. Apabila seorang muslim tidak mampu melaksanakan kewajiban dakwah dengan sendirinya, maka dia masih bisa berdakwah dengan menjadi donatur (baik berupa harta, tulisan maupun pandangan) kepada para akar dan ulama yang mampu melaksanakan misi suci ini.
            Untuk mengembangkam misi suci tersebut, dalam perkembangannya metode-metode dalam berdakwah mengalami kedinamisan baik itu dilakukan dengan cara yang manual maupun yang modern. Pada hakekatnya metode dan sarana untuk berdakwah sangat banyak dan luas atau bahkan mungkin tidak akan ada batasnya. Sebab semua yang bisa dikerjakan oleh manusia dan apa yang ada di muka bumi ini selagi tidak berbenturan dengan doktrin Islam, maka hal itu boleh dijadikan sebagai metode dan sarana untuk   berdakwah.
Ketentuan di atas apabila dakwah itu sendiri tidak diartikan dengan makna yang sempit, seperti yang telah diyakini oleh sebagian kalangan komunitas muslim,seperti pengajian muslimatan,fatayatan,ceramah dan sebagainya. Dengan menggembar-gemborkan dakwah harus secara formalitas, seprti berpakaian gamis, kopiyah menempel di atas kepala, dengan jenggot menghelai panjang, tasbih menggayut ditangan kanan dan keliling berjalan kaki door to door.
Diantara metode tersebut seperti ngobrol-ngobrol di kafe, diskusi lintas agama, kunsultasi via alat komunikasi, mengadakan arisan bersama, rihlah ilmiyah dan lain sebagainya adalah termasuk metode berdakwah jika di dalamnya terdapatnya unsur ajakan kepada yang hak dan memperingatkan akan yang bathil. Begitu juga dunia kesenian, kebudayaan, pariwisata, entertainemen dengan segala pernak-perniknya, termasuk sarana untuk berdakwah, menurut pemahaman dakwah dalam makna yang luas sebagaimana dalam arti terminologi di atas.

Sekilas Tentang Dakwah Interpersonal
Dakwah adalah pekerjaan mengomunikasikan pesan Islam kepada manusia. Secara oprasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive yang rumusannya bias diambil dari Al-Qur’an-Hadis, atau dirumuskan oleh da’i, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya. Dakwah ditujukan pada manusia dan tidak terbatas ruang dan waktu seperti zaman modern sekarang ini.[1]
Sebagai makhluk sosial, kita memerluakan komunikasi dengan orang lain, entah  secara pribadi antar dua orang, dengan beberapa orang dengan sejumlah kecil, dengan sejumlah besar orang dan massa. Seperti komunikasi antarpribadi yang terjadi antara diri komunikator dengan orang lain (satu orang maupun beberapa orang) yang sering juga disebut komunikasi interpersonal.
Komunikasi melalui perkenalan dengan teman, sahabat, pacar, satu lawan satu juga salah satu bentuk komunikasi antarpribadi. Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik sebuh definisi bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaiaan pesan yang dilakukan dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih.[2]
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” sebagai Proses pengiriman pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.[3] Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication) tapi juga bisa berlangsung dengan menggunakan alat bantu (medium) seperti telepon, surat, telegram dan lain-lain.[4]
Proses komunikasi tidak begitu saja berjalan mulus akan tetapi setip proses selalu sering kali menemukan hambatan. Hambatan-hambatan komunikasi juga terjadi dalam komunikasi antarpribadi. Hambatan-hambatan tersebut yaitu[5]:
1.      Persepsi
Persepsi adalah pandangan orang terhadap kenyataan. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan. Dalam komunikasi ada dua persepsi yaitu persepsi selktif (selective persception) dan persepsi stereotip (stereotype perception).
2.      Status orang yang berkomunikasi
Status orang mempengaruhi dan menghalangi proses komunikasi. Akibatnyapesan yang sama dapat diterima lebih mudah jika disampaikan oleh orang yang berstatus lebih tinggi dari pada orang yang berstatus lebih rendah.
3.      Sikap desensif
Sikap desensif adalah sikap mental orang untuk menjaga danmelindungi diri terhadap bahaya, entah itu nyata atau bayangan. Dampaknya pesan yang diterima tidak tepat dan maksud pengirim pesan tidak dimengerti secara benar.
4.      Negative feeling
Perasaan-perasaan negatif itu membuat sibuk baik pengirim maupunpenerima pesan sehingga bila menyangkut pengirim maka ia tidak bisa mengemas pesan dengan baik serta mengirimkan pesannya. Begiti pula penerima pesan tidak siap menerima pesan yang disampaikan kepadanya.
5.      Asumsi
Asumsi akan diambil oleh penerima pesan. Jika dalam komunikasi maka ia akan merasa sulit untuk menerima pesan karena fakta yang tewrlalu banyak dan berkepanjanganserta asumsi ini dibuat melalui pengandaian yang dilakukan oleh penerima pe4san.
6.      Lingkuangan
Lingkunagn juga merupakan hambatan paling signifikan karena apabila dalam proses komunikasi tidak memperhatikan situasi dan kondisi lingkuangan maka bisa dibayangkan pesan yang akan disampaikan tidak akan mengenai sasaran.
7.      Bahasa
Bahasa menjadi penghalang komunikasi disebabkan oleh adanya dialek, ambigu, bertele-tele dan sulit dimengerti
       Untuk meminimalisir hambatan-hambatan dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya cara untuk membangun komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif dalam komunikasi antar pribadi juga mengadopsi dari komunikasi pada umumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efektivitas dalam komunikasi yaitu[6]:
1.      Faktor psikologi dan fisik
2.      Faktor sosial dan kultur
3.      Pengambilan keputusan.
Komunikasi yang efektif menurut Mc. Crosky, Larson dan Knapp dapat dicapai dengan mengusahakan accuracy yang paling tinggi derajatnya dalam setiap situasi.[7]  Dalam komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah pihak dan lebih merupakan proses yang terus berlangsung dari pada merupakan peristiwa yang statis. Jika seorang komunikator mempunyai empati yang mendalam dengan komunikan yang heterophilus, maka komunikator benar-benar berada dalam situasi homophiles dalam pengertian sosio-psikologis.
Sebagai suatu usaha dakwah harus bisa di ukur keberhasilannya. Oleh karena itu, tujuan dari aktivitas dakwah harus dirumuskan secara definitif. Ada lima cirri-ciri dakwah efektif yaitu:
1.        Jika dakwah dapar memberikan pengertian kepada masyarakat (Mad’u) tentang apa yang di dakwahkan.
2.        Jika masyarakat (Mad’u) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima.
3.        Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara Da’i dan masyarakatnya.
4.        Jika dakwah dapat mengubah sikap masyarakat Mad’u
5.        Jika dakwah berhasil memancing respon masyarakat berupa tindakan.[8] 
 Internet  Sebagai Media Dakwah Interpersonal
Era globalisasi dan tekhnologi sekarang ini membuat siapa pun mudah mengirim dan menerima pesan atau informasi secara cepat. Para pakar komunikasi menyebutnya sebagai gejala time space compression atau menyusutnya ruang dan waktu.
Berbagai media telekomunikasi modern yang dibuat oleh manusia, salah satunya internet. Hadirnya media internet ditengah-tengah abad modern ini merupakan media yang tidak bisa dihindari karena sudah menjadi peradaban baru dalam dunia informasi dan komuniksi.
Asal mula internet terjadi tak terduga oleh suatu ledakan pada tahun1969. Dimana eksperimen dari kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama DPRPA (Departement of Defens Advanced Research Projects Agency). Misi awalnya sangat sederhana yatiu mencoba menggali ntehnologi jaringan yang dapat menghubungkan para peneliti dan berbagai sumber daya jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data yang besar.[9]
Hadirnya akses internet dimanfaatkan oleh orang-orang untuk online atau berkomunikasi lewat dunia maya. Melalui jaringan-jaringan yang disediakan oleh internet orang-orang dapat mengirimkan pesan untuk dibaca oleh siapa pun yang mengaksesnya.
Internet juga memiliki fasilitas untuk mengadakan dakwah interpersonal[10] yaitu:
Pertama, fasilitas website yang cara kerjanya seseorang dapat mengirimkan pesan dengan menggunakan fasilitas ini kemudian pesan ini dengan fleksibel dan luas dapat dibaca atau diterima oleh orang yang membuka website.
Kedua, fasilitas mailinglist. Dalam fasilitas ini kerapkali orang-orang terlebih dahulu membuat group dan mereka menjadi member. Kemudian akses pesan salah seorang mengirim sebuh informasi yang kemudian akan diperbincangkan dengan para member yang lain dengan mengfirimkan komentar.
Ketiga, fasilitas chatting yang lingkupnya lebih sempit menyebabkan penyampaian pesan hanya dapat dilakukan jika kedua belah pihak (komunikator dan komunikan ) sedang on line di internet saja.
Alasan  menggunakan internet sebagai media dakwah interpersonal yaitu:
v Sifatnya yang never turn-off(tidak pernah dimatikan) dan unlimited access (dapat diakses tanpa batas. Internet memberikan keluasan bagi penggunanya dalan kondisi apa pun dan kapan pun.
v Internet menyediakan ruangan yang mengakomodasi keinginan mereka untuk merasa bebas membicarakan sesuatu yang diluar kelaziman ilmiah.
v Internet hadir sebagai kawan (atau lawan) diskusi sekaligus pembimbing setia. Para ulama seharusnya dapat menggunakan internet sebagai media efektif untuk mencapai tujuan dakwahnya.
Kemudahan dalam pelayanan informasi melalui internet juga berdampak kurang baik bagi penggunanya. Diantara implikasi-implikasi adanya internet yang berhubungan dengan dakwah Islam yaitu:
v Membaca artikel dan makalah soal agama dari internet secara mandiri tidak dilarang, namun tak bisa bertanya jika ada persoalan pelik dan membingungkan. Yang meresahkan, artikel yang diunduh dari internet tak seluruhnya baik bagi masyarakat yang masih awam mendalami agama. Meski beraroma agama, tak selamanya tulisan di internet memberikan kesejukan dan pencerahan. Sebaliknya, malah menyempitkan pemahaman agama, memicu perselisihan, dan menebarkan sikap antipati. Masyarakat yang awam dan masih dangkal pemahaman keagamaannya kemungkinan menelan mentah-mentah, tanpa menyaring dan bersikap kritis.
            Setiap media telekomunikasi pasti tidak akan lepas dari dampak positif dan negatif. Hal tersebut tidak seharusnya diperdebatkan akan tetapi yang harus dilakukan yaitu cara meminimalisir dampak negatif nya.
Ketika seseorang memutuskan untuk berkomunikasi lewat media internet hendaknya seseorang tidak perlu membuka situs-situs yang berbau porniografi dan kekerasan. Jika ingin menggunakan fasilitas chatting sebaiknya menunjukan jati diri seperti memperkenalkan nama, asalnya darimana dan gendernya apa supaya tidak khawatir merugikan pihak lain dan mengundang dampak negatif seperti Cyber Crime.
Dakwah interpersonal dapat terjadi secara intens apabila kedua belah pihak atau beberapa pihak mampu bersikap jujur dan terbuka. Keterbukaan tidak hanya menyangkut keyakinan dan pendirian mengenai suatu gagasan. Keterbukaan dalam komunikasi untuk menuju pertumbuhan yang m,elibatkan juga perasaan seperti kecemasan, harapan, kebanggaan, kekecewaan. Dengan kata lain sikap keterbukaan menunjukan diri kita seutuhnya.[11]
     Dakwah interpersonal adalah proses penyampaiaan pesan islam yang dilakukan dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication) tapi juga bisa berlangsung dengan menggunakan alat bantu (medium) seperti telepon, surat, telegram dan lain-lain. Berbagai media telekomunikasi modern yang dibuat oleh manusia, salah satunya internet. Hadirnya media internet ditengah-tengah abad modern ini merupakan media yang tidak bisa dihindari karena sudah menjadi peradaban baru dalam dunia informasi dan komuniksi. Hadirnya akses internet dimanfaatkan oleh orang-orang untuk online atau berkomunikasi lewat dunia maya. Melalui jaringan-jaringan yang disediakan oleh internet orang-orang dapat mengirimkan pesan untuk dibaca oleh siapa pun yang mengaksesnya.
Internet juga memiliki fasilitas untuk mengadakan dakwah interpersonal:
1.      Fasilitas website
2.      Fasilitas mailinhlist
3.      Fasilitas chatting
Pembahasan diatas menunjukan bagaimana kemajuan tekhnologi komunikasi di era globalisasi. Dengan kemajuan tersebut dakwah lambat laun juga mengikuti arus globalisasi tersebut. Muslim sekarang umumnya da’i/ ulama’ ini dituntut untuk pro-aktif dalam memanfaatkan media telekomunikasi sebagai media dakwah dan sarana atau wahana untuk memperluas wawasan dan mencari bahan untuk berdakwah. Kemajuan tekhnologi yang semakain pesat dan tidak dapat dibendung mengharuskan para da’i dan semua umat muslim dapat bersikap secara arif dan memanfaatkan  secara maksimal untuk misi Islami.
Dengan kecanggihan teknologi dewasa ini, tentunya akan dapat mengurangi beban materi dan energi dalam rangka menjalankan missi dakwah Islamiyah ke antero jagat. Para ulama dan pakar tidak lagi membutuhkan biaya ekstra dan waktu yang lama untuk sekedar menyampaikan dan mencari materi dakwah. Jaringan internet dengan segala fasilitasnya yang telah memberi ruang yang cukup bagi kelangsungan aktifitas dakwah islamiyah dengan sasaran yang plural dari berbagai suku dan bangsa harus kita gunakan dengan seefisien mungkin
Daftar Pustaka
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi. Bandung : ARMICO.
Effendy, Onong Uchjana. 1993.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI.
Hardjana, Agus. H. 2003. Komunikasi Intarpersonal & Intrerpersonal. Yogyakarta: KANISIUS.
Mubarok, Acmad. 2006.  Psikologi Dakwah.  Edisi Pertama.  Jakarta: PRENADA MEDIA.
La Quey, Tracy. 1997. Sahabat Internet. Bandung : ITB.
Lunadi, A.G. 1987. Komunikasi Mengena . Yogyakarta : KANISIUS.
Wahid, Fathul. 2004. e-Dakwah : Dakwah melalui Internet. Yogyakarta.





[1] Acmad Mubarok. Psikologi Dakwah.  Edisi Pertama.  Jakarta: PRENADA MEDIA. 2006.i
[2] Agus M Hardjana. Komunikasi Intarpersonal & Intrerpersonal. Yogyakarta: KANISIUS. 2003. 85.
[3] Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI. 1993. . 59
[4] Anwar Arifin. Strategi Komunikasi. Bandung : ARMICO. 1984. 19.
[5] Ibid. 40
[6]  Ibid.45.
[7] Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI. 1993. . 64
[8] Ibid, xv
[9]  Tracy La Quey. Sahabat Internet. Bandung : ITB. 1997.1
[10] Fathul Wahid. e-Dakwah : Dakwah melalui Internet. Yogyakarta: Gaua Media. 2004. 45
[11] A. G  Lunadi. Komunikasi Mengena . Yogyakarta : KANISIUS. 1987. 38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar